Dua hari kemarin adalah pengalaman yang sangat berharga
dalam hidupku. Meski bukan kali ini aku harus pulang pergi dengan
menggunakan sebuah maskapai penerbangan, namun entah kenapa kemarin aku
benar-benar berempati dengan para pekerja udara. Ramalan BMG yang
menyebut bahwa Selasa sampai Kamis kemarin ekstrem membuat aku sempat
kebat-kebit.
Selama
ini saya kerap membaca artikel yang menyudutkan profesi para pekerja
udara. Sedikit banyak, meski saya selalu mencoba untuk tidak mudah
dipengaruhi oleh berbagai macam “provokasi”, namun harus saya akui,
sempat terlintas bahwa artikel yang berpijak pada sebuah penelitian itu
memiliki unsur-unsur kebenaran meski mungkin hanya seujung jari.
Namun,
kejadian Selasa Malam, 22 Desember 2009 benar-benar menghenyakan batin
saya. Dalam penerbangan Jakarta- Semarang dengan menggunakan satu
maskapai yang merupakan maskapai favorit saya karena beberapa alasan
yang sangat rasional antara lain : ketepatan waktu jadwal terbangnya
alias hampir tidak pernah saya mengalami delay, bentuk “body” pesawat
yang gemuk pendek karena menurut logika saya bentuk “body’ pesawat
seperti itu memberi unsur kekukuhan, hingga pada “kenyamanan” karena
kepiawaian pilot dan co-pilot dalam mengemudikan pesawat yang menurut
bahasa anak pertama saya yang juga pernah terbang bersama maskapai
tersebut “seperti orang pacaran” begitu lembut dan sangat halus.
Harus saya akui, sempat artikel dari sebuah situs ternama yang sempat membuat 3 serial bersambung bertajuk ” Skandal Cinta Pra-Pi (3)” yang
juga menjadi ‘link” dari situs pertemanan saya sedikit banyak membuat
saya “mengira-ira” benar tidaknya apa yang disampaikan pada artikel
tersebut. Tapi hari ini, pandangan saya sangat jelas dan bening –
setidaknya dari sudut pandang saya tentu – bahwa semua “tuduhan” itu
harus segera ditiadakan.
Saat
berbincang-bincang dengan seorang yang telah saya anggap seperti kakak
perempuan saya sendiri – dan kebetulan dia adalah seorang istri dari
“pekerja pertama udara” mengakui bahwa musim penghujan membuathati
dia jauh lebih cemas. Pasalnya sebagai seorang istri yang telah
mendampingi sekian lama dan kebetulan dia adalah mantan pramugari telah
memahami kondisi-kondisi cuaca yang membahayakan penerbangan.
Betapa
tidak, setiap saat – di langit yang begitu luas – kondisi yang luar
biasa dapat saja terjadi. Ada seorang kawan yang pernah menjadi
friendlist saya yang kebetulan juga merupakan “pekerja udara” berkata
bahwa mereka “para pengemudi udara” dididik untuk siap menghadapi
kondisi yang “tidak normal” sebab kalau kondisi normal, orang biasa saja
dengan sedikit belajar bisa menerbangkan pesawat karena begitu luar
biasanya design dari sebuah pesawat yang sudah automatic.
Terguncang
dan terperangkap meski tidak terlalu lama dalam cuaca yang ekstrem
mendadak seperti itu membuat batin saya berbisik “Berapa banyak uang
rela kamu korbankan untuk keselamatan penerbangan ini ??”
Astaqfirullah..betapa banyaknya uang yang diterimakan rasanya tidak
sebanding dengan “pengorbanan” yang mereka.
Ketika
langit bergolak menguncang penerbangan sesuai dengan apa yang saya
khawatirkan sebelumnya – terlebih hampir semua penerbangan di tunda
karena alasan “operasional” tumben-tumbenan membuat hati saya tercekam
ketakutan. Akhirnya saya menjawab dalam hati, Ya Allah, please..saya
rela mengikhlaskan semua uang yang ada pada saya saat ini demi
keselamatan penerbangan ini..** hehe…lucunya ternyata pada penerbangan
malam itu saya benar-benar kehilangan dompet saya yang kebetulan kecil,
padat berisi lantaran saya duduk di exit window, tas harus diletakkan di
atas..kebetulan saya ingin membeli gift dan souvenir di inlight shop,
saya keluarkan dompet saya dan ketika saya ingin naik taxi..ups..baru
sadar dompet saya tidak ada – tapi terima kasih buat staf maskapai
tersebut yang telah rela membantu saya mencari dompet saya tersebut,
sayang tidak ketemu..never mind dari awal saya sudah mengiklaskannya**
Hehe..begitulah
gara-gara dialog singkat dengan batin kecil saya, akhirnya saya
menyadari..saya ingin mengatakan kepada semua para pekerja udara –
“SALUDO!! Itulah perjuangan hidup!” demi mencari segengam berlian
**jangan hanya sesuap nasi dong..nga cucok** kalian rela mempertaruhkan
keselamatan hidup di atas langit biru. Kepada my sista sayang….teruskan
kesetiaanmu dalam mendampingi “Belahan Jiwamu” betapa bangganya aku
padamu Sis..atas kepercayaanmu pada Imam – mu. Tak terpengaruh dengan
artikel miring yang bergentayangan di dunia maya tentang “kehidupan
miring para pekerja udara” dan untuk “Imam” dari my Sista dan all the
gank..luar biasa!! Karena anda telah mampu menunjukkan dimana seharusnya
cinta, kasih sayang , kepercayaan dan komitmen pada lembaga pernikahan
diletakkan!
Buat
orang-orang yang masih bisa memiliki pemikiran kurang tepat terhadap
“hidup para pekerja udara” please….stop pemikiran negative tentang
mereka! Bagaimana mungkin mereka rela diri mereka sewaktu-waktu akan
terjun ke neraka jahanam selama-lamanya dalam kehidupan keabadian mereka
hanya karena mereka harus meninggalkan keluarga terkadang sampai 4
hari, berada di lingkungan mess dan hotel yang sangat “memungkinkan”
terjadinya hal-hal yang “diinginkan” sementara setiap mereka
melangkahkan kaki untuk bertugas – di atas langit hanya ada tangan Tuhan
yang menjaga “burung besi” tempat mereka bertugas dari kejatuhan ??
Bukankah justru keindahan langit biru yang menawan justru makin
melekatkan batin mereka kepada Sang Maha Pencipta seluruh alam ?? Ketika
saat langit bergolak, mereka harus mampu mengalahkan kecemasan mereka
dan tetap melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab.
Bahkan
ketika tangan-tangan badai menguncang..semua itu hanya akan menambah
mereka merasa dekat dengan Allah Yang Maha Merajai ?? Mengingat bahwa
“kematian” hanya sejengkal di depan mata – masih sanggupkah mereka
mengadaikan keimanan mereka demi kesenangan duniawi yang begitu cepat
menghilang dan menukarnya dengan azab neraka yang tak berkesudahan??
Tak
hanya itu, meski baru sekali ini saya pulang pergi dengan mengunakan
pesawat yang sama – pergi jam 20.00 WIB malam hari dan kembali pukul
06.30 WIBtelah cukup membuat saya kapok mengambil pasangan
jam terbang yang sama. Padahal secara periodik para pekerja udara
mendapat giliran waktu yang sama dari waktu ke waktu…
Kepada
para semua pekerja udara..bersemangatlah!!!! hari padat merayap dalam
bertugas euy!! Musim liburan bagi semua orang = hari penuh kesibukan
bagi seluruh pekerja udara..fiuh..lagi-lagi mengingatkan aku tentang
betapa besarnya sebuah pengorbanan.Namun percayalah doa orang-orang tercinta akan selalu menyertai langkah saat dalam bertugas!!